Thursday, October 28, 2010

Article Pilihan: Rahsia sukses Org Jepon

Boring2 study utk exam sabtu ni, aku wat beberape carian ilmiah skit. So, jumpe la info yg agak leh kite share bersama. Utk manfaat bersama pun..Anyway, ade sesape ni pernah skolah kt Sek Men Teknik Klang? Kalo korg ingat balik, everyday ade morning exercise kan? Mula2 aku blaja exercise ni, nangis2 aku tahan gelak...hahaha...sesape yg keje company jepon tu tau laa..yg x tau layan je clip video ni....





hahhhahhahahha....dah puas gelak? ok kite sambung cite kite pasal rahsia sukses org jepun ni ye...







1. KERJA KERAS
Rekod Dunia Manusia Paling Sibuk dipegang Oleh Monta Mino 
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepun adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepun adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepun mampu menghasilkan sebuah kereta dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat kereta yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepun boleh dikatakan mampu melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepun, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak diperlukan” oleh perusahaan.

2. MALU

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepun. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para penjawat awam (menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak sekolah rendah, sekolah menengah yang kadang bunuh diri, karena gagal peperiksaan atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepun lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP BERJIMAT

Orang Jepun memiliki semangat hidup berjimat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepun, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepun ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepun akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepun rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. KESETIAN
Kesetian membuat sistem karier di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepun yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pencen. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepun yang kebanyakan hanya mahu menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5.  INOVASI
Jepun  bukan bangsa penemu, tapi orang Jepun mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepun, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepun dengan inovasinya telah mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepun termasuk bangsa yang tahan lasak dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepun sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepun cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepun menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepun berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepun akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepun, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepun tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepun sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga keretapi laju (shinkansen)  Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepun dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. BUDAYA BACA
Jangan terkejut kalau anda datang ke Jepun dan masuk ke densha (keretapi lektrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau majalah. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik dari peringkat sekolah rendah hingga menengah. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepun juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai zaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepun sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepun tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk team atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepun. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepun akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepun yang berkelompok”. Musyawarah muafakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling besar sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepun. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, tuala dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas sekolah menengah dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan wang, mereka “meminjam” wang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepun kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepun. Kalau suatu hari anda naik basikal di Jepun dan menabrak pejalan kaki , maka jangan terkejut kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepun relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepun karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepun Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepun. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepun untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan cukai yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepun merupakan salah satu yang tertinggi didunia

ok? dah motivated?

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...